Minggu, 24 April 2011

Batu Basurek

Batu Basurek
Batu basurek terletak didesa kubu rajo nagari lima kaum berjarak 4 km dari batu sangkar.Batu basurek ini terletak di bagian atas makam raja Adityawarman.Prasasti batu basurek ini ditulis dengan tulisan jawa kuno berbahasa sanskerta.Batu basurek ini lebarnya 25 cm tingginya 80 cm dengan ketebalan 10 cm dan berat sekitar 50 kg .
Batu Basurek
Batu Basurek2
Batu basurek ini telah berumur 659 tahun.penemuan prasasti ini pertama kali ditulis pada
16 Desember 1880 oleh P.H. Van Hengst, Asisten Residen Tanah Datar. Prof. H Kern, seorang ahli dari Belanda,Ia orang yang pertama kali membahas prasasti dengan tulisan Jawa Kuno berbahasa Sanskerta itu. Pada 1917 dia menerjemahkan isinya adalah: :"Adityawarman maju perkasa, ia penguasa Kanakamedinindra atau Suwarnadwipa (Sumatera atau Tanah Emas). Ayahnya Adwayawarman. Dia keluarga Indra."
Adityawarman lahir dari rahim Dara Jingga, putri raja Darmasraya yang terletak di tepi Sungai Batanghari, Jambi. Ayahnya, Adwayawarman tadi, kerabat Keraton Singosari.

Tersebutlah, pada 1292 Kublai Khan dari Cina menyerang Singosari. Dara Jingga dan saudaranya, Dara Petak, membawa tentara membantu Singosari. Sayang, Singosari jatuh, dan akhirnya dikuasai Jayakatwang. Kemudian Raden Wijaya menggeser Jayakatwang dan mengganti nama kerajaan itu menjadi Majapahit. Raden Wijaya menikah dengan Dara Petak. Dara Jingga bercinta dengan Adwayawarman. Setelah menikah, Dara Jingga mengajak suaminya kembali ke Darmasraya -- dan lahirlah Adityawarman.

Setelah melakukan berbagai jasa untuk Majapahit, akhirnya Adityawarman jadi raja di Darmasraya. Dia memindahkan pusat kerajaannya dari Siguntur (Sawahlunto Sijunjung) ke Pagaruyung.

Sampai sekarang di Pagaruyung masih ada perbedaan pendapat apakah Adityawarman itu raja Minangkabau atau hanya raja Pagaruyung. Sebab, pada waktu itu yang dirajakan di Limo Kaum, Pariangan, dan Tanah Datar lainnya, adalah Datuk Parpatih Nan Sabatang dan Datuk Katamanggungan. "Adityawarman tak lebih seorang sumando,(suami dari orang minangkabau).

sumber : www.tanahdatar.go.id

Senin, 18 April 2011

Kawa Daun Tabek Patah







Apakah anda telah mencoba Minum Kawah Daun dari ranah Minang daerah Tanah datar khususnya  yang kawah daun ini berasal daun kopi.
Kenapa orang minum minum kawah daun kenapa tidak langsung Kopinya hehehehhehe.....  ? Dulu kabarnya Pada Zaman Jepang buah kopi dari sumbar di ekspor ke luar Negri sampai orang pribumi pun  sulit mencicipi kopi itu sendiri konon kabar Kabarnya orang yang  minun kopi itu bisa orang golongan ke atas aja bisa minum.


Untuk Membuat kawah daun hampir sama dengan buat teh , Air Kawa  dibuat dari daun kopi yang tidak diketahui variannya. Daun kopi dikeringkan terlebih dahulu, dengan di sangai  sampai daun kopi mengering selama kurang lebih 12 jam. Setelah itu, daun yang mengering dicampur dengan air dingin dan dimasak sampai airnya mendidih.
yang Menariknya lagi  Aia Kawa ini kita tidak menggunakan gelas atau cangkir seperti biasanya tapi mengunakan wadah dari  tempurung kelapa (sayak tampuruang) yang telah dibersihkan sampai tempurung itu menghitam  yang diberi tatakan(Batuang) bambu. Aia Kawa diminun pada waktu dingin -dingin memang terasa nikmatnya ke tengorokan .Aia Kawa terasa lebih nikmat bila ditemani dengan Pisang panas atau bakwan.


Jika Anda Ke tanah Datar , sempatkan untuk berkunjung  Ke Pondok Goreng Mangkuto yang terletak di Bukik Sangin Tabek Patah ,Dengan uang Rp2.000 saja kita sudah dapat menikmati satu cangkir batok kelapa Aia Kawa dan Satu Goreng Pisang Panas.

Minggu, 17 April 2011

Lamang Tapai Limakaum


Tapai Hitam
Bahan :
1 liter beras ketan merah
½ bongkah ragi (saya lupa timbang ukuran ragi nya)
Cabai keriting atau cabe teropong sebagai penghantar panas pada saat proses fermentasi
3 buah cengkeh sebagai pengharum tapai

CARA MEMBUAT :
Bersihkan beras ketan lalu di aron, setelah di aron,kukus beras ketan hingga kematangan andante, yaitu tidak terlalu lembek tapi juga tdak keras. Dingin kan ketan sampai dingin merata. Hancurkan ragi hingga menjadi bubuk, tebar ragi di atas beras ketan dengan cara di ayak hingga ragi tersebar dengan merata. Simpan beras ketan yang sudah di ragi di dalam wadah kedap udara, sebelum di tutup rapat letakkan terlebih dahulu cabai dan cengkeh di atas beras ketan lalu tutup dengan daun pisang baru tutup rapat. Peram beras ketam selama kurang lebih tiga hari di tempat yang kering.



LAMANG

Bahan :
1 liter beras ketan Putih
Santan ½ liter dari 1 butir kelapa
3 lembar daun pandang
Garam secukupnya
Daun pisang

CARA MEMBUAT :
Bersihkan beras ketan, campur beras ketan dengan santan, masukan garam dan daun pandan lalu di aron. setelah di aron, bungkus beras ketan yang di aron dengan daun pisang, masukan kedalam cetakan lontong, lalu kukus hingga matang kurang lebih 30 menit.
Sebelum disajikan, bakar lamang yang sudah masak diatas panci Teflon hingga kecoklatan, dan lamang siap dihidangkan.

Gulai Jariang



Bahan :
  • jengkol 1/4 kg
  • kelapa tua 1 butir (ambil santan, pisahkan yang encer dan kentalnya)
Bumbu halus:
  • bawang merah
  • bawang putih
  • cabe keriting (boleh ditambahkan cabe rawit kalau mau lebih pedas)
  • jahe
  • lengkuas
  • kunyit (sedikit aja)
  • daun jeruk
  • daun salam
  • daun kunyit (sobek-sobek)
  • serai (digeprak)
  • garam
Cara membuatnya :
  • belah jengkol lalu rebus hingga empuk lalu pukul-pukul hingga agak gepeng
  • tumis bumbu halus lalu tuang santan encernya. Rebus dengan api kecil hingga mendidih lalu masukkan jengkol beserta santan kentalnya. Aduk-aduk supaya santan tidak pecah.
  • masak hingga kuah mengental dan berminyak
Sumber: http://pawononline.blogspot.com/

Samba lado hijau Itiak

Sedap banget masakan yang satu ini. Rasakan sensasi pedas cabe hijaunya yang sedap bercampur wangi ketumbar. Buat yang kangen masakan padang yang satu ini, cobalah resep ini. Daging itiknya bisa diganti pakai kalkun atau ayam jika sulit mendapatkan itik/bebek.

Bahan :
  • Seekor Itik Air/itik sarati yg masih muda (yang sudah dipotong dan dibakar untuk menghilangkan bulu-bulu halusnya dan keluar minyaknya, kemudian dibersihkan dengan air panas)
  • 1 Batang Serai memarkan
  • 2 lbr Daun Jeruk
  • 2 lbr Daun kunyit (saya lewat)
  • 1 lbr Daun Salam
  • 2 blok knorr
  • 500 ml air dingin
  • Minyak goreng untuk menumis bumbu 
  •  
Bumbu Halus :
  • 10 siung Bawang Merah
  • 8 siung Bawang Putih
  • 10 buah Cabe ijo
  • 3 ruas Jahe dan Lengkuas halus
  • 1 sdm Ketumbar bubuk
  • 1 sdt Merica bubuk

Cara Membuat :
  • Tumis bumbu halus, sereh, daun jeruk dan daun salam sampai harum.
  • Setelah itu masukkan itik yang telah dipotong-potong, lalu tambahkan air.
  • Selama memasaknya, apinya jangan terlalu besar dan sesekali diaduk sampai dagingnya empuk (kira-kira 60-90 menit).
  • http://resepcampur.blogspot.com

Goreng Patai Bada Kariang


Bahan
  • 8 papan petai
  • 250 gram teri tawar basah
  • Minyak secukupnya untuk menggoreng dan menumis


Haluskan
  • 10 buah bawang merah
  • 50 gram cabai merah giling
  • 1 sdt garam

Cara membuat
  1. Buang serat kedua tepi petai, cuci bersih. Iris tipis beserta kulitnya. Goreng sampai kekuningan (jangan terlalu kering). Angkt, sisihkan.
  2. Goreng teri tawar sampai matang, angkat, sisihkan.
  3. Tumis bumbu halus sampai harum. Masukkan teri dan petai goreng, masak sampai bumbu meresap. Angkat, sajikan dengan nasi hangat.

Untuk 8 Orang

Tip

Cabai merah giling bisa dibeli di tukang bumbu di pasar tradisional atau dibuat sendiri. Caranya, haluskan 50 gram cabai merah keriting dengan menggunakan blender.

Gulai Kuniang Batusangkar














Bahan
  • 2 ekor ikan tongkol segar (@ 250 gram)
  • 1 sdm air asam jawa
  • 1 ½ liter santan cair dari 1 butir kelapa
Haluskan
  • 10 butir bawang merah
  • 3 siung bawang putih
  • 4 buah cabai merah keriting
  • 3 buah cabai merah
  • 2 cm lengkuas
  • 1 cm jahe
  • 2 cm kunyit sangrai
  • 4 butir kemiri sangrai

  • 1 lembar daun kunyit, simpulkan
  • 2 sdt garam
  • 1 sdt gula pasir
  • 250 gram nangka muda, potong-potong
  • 50 gram kacang panjang, potong-potong 3 cm
  • 2 buah asam gelugur
  • 250 ml santan kental
Cara membuat
  1. siangi ikan tongkol, buang durinya, cuci bersih, tiriskan. Potong-potong ikan tongkol ukuran dadu 2 cm, lumuri asam jawa. Diamkan 10 menit.
  2. rebus santan cair, bumbu halus, daun kunyit, garam, dan gula pasir sampai mendidih. Masukkan nangka, rebus sampai nangka empuk.
  3. masukkan ikan tongkol, kacang panjang, dan asam gelugur, didihkan, masak sampai ikan empuk. Tuangkan santan kental, didihkan sambil aduk-aduk sampai kental. Angkat, sajikan.

Pacu Jawi

 Pacu jawi merupakan atraksi permainan anak nagari di Kab. Tanah Datar. Pacu jawi pada awalnya merupakan kegiatan pengisi waktu, saat musim tanam tiba. Berbeda dengan karavan sapi di Madura yang diselenggarakan di arena kering. Pacu jawi di Tanah Datar di gelar di pesawahan sehabis panen dalam kondisi arena berlumpur.

Uniknya pacu jawi ini dilombakan bukan dengan pasangan lawan sebagaimana layaknya perlombaan, tetapi hanya dilepas satu pasang setiap lomba. Seorang joki mengendarai sepasang jawi yang diapit dengan peralatan pembajak sawah sambil memegang tali dan ekor kedua sapi. Ketika joki ingin berlari cepat, dia akan menggigit ekor-ekor sapi. Semakin cepat sapi itu berlari, semakin keras dia harus menggigit ekor sapi.

  










http://www.tanahdatar.go.id
 

Sabtu, 16 April 2011

Sejarah Batu Batikam DI Tanah datar


1. Terdapat batu besar dan keras yang ditikam dengan keris, yang menurut sejarah ditikam oleh Datuk Perpatih Nan Sabatang sebagai pelampiasan emosi ketika bertikai dengan Datuk Katumanggungan.

2. Dapat melihat lobang hasil tikaman secara langsung pada batu

3. Terletak di Nagari Limo Kaum.
Datuak Parpatiah dan Datuak Katumangguangan berdebat hebat. Keduanya adalah orang bersaudara, berlainan bapak. Datuak Parpatiah nan Sabatang, adalah seorang yang dilahirkan dari seorang bapak aristokrat (cerdik-pandai). Sementara Datuak Katumangguangan, dilahirkan dari seorang ayah yang otokrat (raja-berpunya). Namun pada keduanya, juga mengalir darah dari ibu yang sama, seorang perempuan biasa, seperti apa adanya.

Darah yang mengalir di tubuh keduanya, ternyata berpengaruh pada pandangan hidup yang dijalani. Datuak Parpatiah, menginginkan masyarakat diatur dalam semangat yang “duduk sama rendah, berdiri sama tinggi” (demokratik). Sedang Datuak Katumangguangan, menginginkan rakyat diatur dalam sebuah tatanan yang “berjenjang naik, bertangga turun” (hierarkhial). Perbedaan yang kemudian meruncing menjadi perdebatan, bahkan menjurus menjadi pertikaian...

Sama-sama menghindari untuk melukai saudaranya, kedua datuak kemudian menikamkan pedang dan kerisnya pada batu. Kedua batu itu sekarang, dikenal dengan nama “Batu Batikam” (Batu yang ditikam). Yang satu berdiri tegak di tepi jalan Limo Kaum, di Batu Sangkar Sumatera Barat. Yang lain, ditelan oleh waktu, tinggal cerita, namun tetap dikenang sebagai pertanda. Betapa nenek moyang, yang memiliki kesaktian untuk menghancurkan, bahkan tidak menyukai kekerasan
.

Datuak Parpatiah lalu pergi merantau. Memperbandingkan keyakinannya dengan dunia luar. Datuak Katumangguangan sebaliknya, tinggal menjaga kampung halaman, dan membenamkan dirinya dalam kumpulan kebijaksanaan yang ditinggalkan leluhur. Dua cara berbeda, dengan satu tujuan, mencari kebijaksanaan. Dua perjuangan, dengan satu cita-cita, mengatur rakyat agar sejahtera.

Masa berganti, musim bertukar, keduanya bertemu. Dengan kematangan yang semakin baik, sudah tentu. Juga dengan kepala yang semakin banyak tahu. Lalu keduanya duduk berbagi ilmu. Melerai perseteruan yang pernah terjadi bertahun-tahun berlalu. Dan akhirnya bersepakat untuk saling bahu-membahu. Menjadikan rakyat semakin pintar dan maju. Melupakan egoisme masing-masing, mendahulukan kepentingan orang banyak, karena itu lebih penting.

Demikianlah, legenda itu hidup berabad-abad. Disampaikan ke anak-cucu sebagai pelajaran tentang martabat. Kedua sistem tetap hidup hingga kini, berdampingan dan bersahabat. Saling melengkapi dalam jalinan yang erat. Menjadi dua partai yang semacam Partai Republik dan Partai Demokrat di Amerika Serikat. Menjadi sejalur rel, dua garis yang berjalan bersama, tak renggang, meski juga tak akan pernah merapat.

Batu Angkek-Angkek,Keajaiban Alam dari Batusangkar














Pesona  Batu Angkek-angkek:

1. Berawal dari mimpi Dt. Bandaro Kayo, salah seorang Kepala Suku Kaum Piliang, ditemukan sebuah batu yang ganjil dipandang mata.

2. Terletak di Nagari Tanjung Kec. Sungayang sekitar 11 km dari Kota Batusangkar

3. Dipercaya masyarakat sebagai penguji apakah suatu keinginan atau cita-cita akan terkabul atau tidak, jika batu ini sanggup diangkat, berarti keinginan akan terkabul, jika tidak terangkat, maka keinginan tidak terkabul.

4. Ada orang yang berbadan besar tapi tidak bisa mengangkat batu ini, tapi ada orang yang tidak berbadan besar tapi sanggup mengangkat batu ini.



Menurut penjaganya yang merupakan keturunan Datuak Bandaro Kayo yang ke sembilan.Batu itu pertamakali ditemukan oleh Datuak Bandaro Kayo ketika akan memancang tonggak (tiang) rumah.
Konon dahulunya,Datuak Bandaro Kayo adalah kepala kaum suku Piliang bermimpi didatangi oleh seorang ulama besar Syech Ahmad,dalam mimpinya Syech Ahmad berpesan agar Datuak Bandaro Kayo mendirikan sebuah kampung.Sekarang kampung itu adalah Kampung Palagan.
Keanehan terjadi ketika Datuak Bandaro Kayo memulai memancangkan tonggak pertama.Ketika itu terjadi gempa lokal yang disusul dengan hujan panas selama empat belas hari empat belas malam.Dengan terjadinya peristiwa tersebut masyarakat mengadakan musyawarah.Pada saat musyawarah itu berlangsung terdengar suara aneh yang berasal dari lubang tempat Datuak Bandaro Kayo memancangkan tonggak pertama itu.Suara itu memberitahukan bahwa didalam lubang tersebut ada sebuah batu.Suara itu juga berpesan agar batu itu dijaga baik-baik.
Oleh Penemunya Datuak Bandaro Kayo Batu itu diberi nama Batu Pandapatan yang maksudnya batu yang didapat.
Entah siapa yang memulai atau siapa yang bermimpi batu tersebut dapat meramal nasib,sampai sekarang tidak diketahui.Yang didapati dari yang tua-tua hanya sebuah kepercayaan bahwa batu tersebut dapat meramal nasib seseorang dengan cara mengangkatnya.
Oleh karena batu ini sering diangkat (oleh setiap orang yang meramal nasibnya).Maka saat sekarang Batu ini lebih terkenal dengan nama Batu Angkek-Angkek ketimbang BatuPandapatan. (Angkek=Angkat).
Batu ini dipercaya oleh masyarakat memiliki kekuatan gaib dapat meramal nasib seseorang entah iya, entah tidak,entah lah.Yang jelas orang cukup banyak mendatangi Rumah Gadang keturunan Datuak Bandaro Kayo tersebut,mulai dari masyarakat sekitar,lokal dan juga nasional.

Batusangkar


Batusangkar
An old small town, 50 km southeast of Bukit Tinggi, it is a centre of the ancient Minangkabau culture. Pagaruyung is the historical site of a Minangkabau kingdom in the 14th century. Nearby is where some archaeological vestiges, such as the Written Stone, the Stabbed Stone and some other relics can be foun

 
Design by Wordpress Theme | Bloggerized by Free Blogger Templates | coupon codes